top of page
  • Gambar penulisBatara Jiwa Putra

INTEGRATED PEST MANAGEMENT (IPM)

Diperbarui: 25 Feb 2022




IPM atau Manajemen Hama Terpadu adalah penggunaan beberapa cara atau metode pengendalian atau pengontrolan hama dalam suatu pelaksanaan yang harmonis dan terorganisasi dengan maksud untuk mengontrol hama dalam jangka panjang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program pest kontrol dikenal dengan nama Integrated Pest Management (IPM) merupakan proses pengambilan keputusan untuk mengantisipasi dan mencegah aktivitas hama dan infestasinya dengan mengkombinasikan beberapa strategi untuk memperoleh pemecahan dalam pengontrolan hama dalam jangka panjang. IPM lebih bersifat pencegahan dibandingkan pembasmian hama. Tindakan-tindakan preventif dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan jalan masuk hama yang potensial.


5 (Lima) Langkah Utama IPM :

  1. Identifikasi; mengidentifikasi hama (serangga dan tikus).

  2. Monitoring; memonitor populasi hama dan/atau kerusakannya.

  3. Keputusan Tindakan (Action Decisions); menggunakan tingkat kerusakan (injury level) dan tingkat tindakan (action level) untuk memutuskan kapan dilakukan treatment pengendalian hama.

  4. Treatment, penggunaan treatment terhadap hama, termasuk tindakan pencegahannya.

  5. Evaluasi; mengevaluasi akibat/pengaruh treatment.


1. IDENTIFIKASI HAMA


Identifikasi suatu hama (serangga dan tikus) dengan benar sangat penting untuk merencanakan program pengendalian hama yang efektif. Hal ini karena kunci untuk pengendalian yang efektif adalah mengetahui biologi hama, termasuk siklus hidup, pola tingkah laku, dan habitat yang disukai hama. Pada saat terjadi masalah karena serangan ama tertentu, maka maneger pest control atau koordinator program IPM dapat melihat informasi mengenai biologi hama tersebut. Pengetahuan yang mencukupi tentang biologi hama suatu spesies hama, akan memudahkan petugas pengendali hama untuk :

  1. Melakukan monitoring yang tepat terhadap jumlah populasi hama dengan cara melakukan inspeksi atau menjebak hama di tempat-tempat dimana hama tersebut biasa terdapat.

  2. Menggunakan cara pengendalian yang paling tepat pada waktu yang tepat sesuai siklus hidup hama tersebut.

  3. Menetapkan cara pengendalian di tempat yang memberikan hasil terbaik.



2. MONITORING


Monitoring merupakan suatu komponen penting dalam suatu program IPM. Hasil monitoring akan memberikan informasi tentang populasi hama, lokasi dan kondisi yang mendukung pertumbuhan hama. Manajer pengendalian hama membutuhkan informasi ini untuk membuat keputusan tentang treatment yang terbaik. Monitoring digunakan untuk :

  • Mendeteksi populasi hama pada tahap dini, pada saat lebih mudah untuk dikontrol.

  • Mendapatkan pusat populasi hama dan membatasi penyebarannya.

  • Menilai besarnya populasi hama dan kerusakan yang ditimbulkannya.

  • Menentukan layout bangunan dan mencatat kondisi yang mendukung timbulnya masalah hama.

  • Mengevaluasi keberhasilan program pengendalian hama.


Monitoring terdiri atas inspeksi secara reguler (teratur), dilakukan secara sistematis, untuk mendapatkan perkiraan ukuran, luas dan lokasi populasi hama. Dalam monitoring dengan inspeksi tersebut sangatlah penting untuk membuat catatan dengan mendetail, menjadi rekaman tertulis. Untuk bangunan yang luas, rekaman tersebut harus memuat layout bangunan, dengan posisi perangkap-perangkap atau alat-alat monitoring lainnya. Perangkap diberi nomer atau kode untuk memudahkan pencatatan. Dalam melakukan monitoring dilakukan hal-hal berikut :

1. Mengamati tanda-tanda kehadiran atau adanya hama (pest signs)

2. Mengisi log sheet Pest Sighting (pencatatan hama yang terlihat)

3. Peralatan untuk menangkap atau menjebak hama (untuk memonitor hama di malam hari).


Kehadiran hama dapat dideteksi dari tanda-tanda yang ditinggalkannya. Tanda-tanda tersebut bila ditemukan harus ditulis ke dalam log sheet pest sighting.


3. KEPUTUSAN TINDAKAN (ACTION DECISIONS)

Dalam melakukan pengendalian hama terpadu, tidak mungkin pada semua tingkat serangan hama dilakukan tindakan pembasmian atau pengontrolan. Tindakan pertama untuk menentukan apakah diperlukan tindakan pemberantasan hama, misalnya penggunaan pestisida untuk membasmi serangga atau tikus adalah menentukan tingkat atau level maksimal kehadiran hama atau tingkat kerusakan maksimal yang masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan bahaya kerusakan secara fisik, mutu dan kesehatan.

Dalam program IPM, keputusan kapan untuk melakukan tindakan pengendalian dan menerapan treatment tertentu didasarkan pada informasi yang diperoleh dari hasil monitoring. Treatment tidak dilakukan menurut jadwal yang dibuat sebelumnya atau ditentukan pihak lain. Treatment hanya dilakukan jika hasil menitoring menunjukkan bahwa hal tersebut memang diperlukan.


4. METODE PENGENDALIAN HAMA (TREATMENT)

Manajemen Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai : penggunaan beberapa cara atau metode pengendalian hama (pest control) dengan cara terorganisasi dan harmonis dengan tujuan untuk mendapatkan pengendalian hama dalam jangka panjang. Dalam IPM, yang disebut treatment umumnya terdiri atas dua kategori, yaitu Tindakan Pencegahan dan Tindakan Pengendalian. Tindakan pencegahan termasuk penggunaan barier (supaya hama tetap di luar), sanitasi dan modifikasi lingkungan. Sedangkan Tindakan Pengendalian meliputi pengendalian fisik, mekanik, biologi dan kimia.


  • Pencegahan (Prevention)

Hal ini dilakukan dengan pemasangan konstruksi yang bersifat barier terhadap serangga dan tikus (untuk membuat hama tetap di luar gedung atau gudang), sanitasi (pembersihan), dan modifikasi lingkungan (misalnya penghilangan sumber makanan dan sumber air). Dalam banyak kasus, hama dapat dihilangkan atau dikurangi hanya dengan tindakan pencegahan tersebut. Metode pencegahan yang diterapkan juga akan membuat metode lainnya (yaitu pengendalian) akan lebih efektif.


Barier atau Eksklusi : Menghilangkan jalan masuk hama ke dalam bangunan merupakan salah satu paktek IPM yang paling dasar dan penting. Cara pencegahan ini disebut metode eksklusi atau metode barier. Contoh-contoh cara eksklusi/barier antara lain pemasangan kawat saringan pada lubang udara, ventilasi dan saluran air untuk mencegah serangga dan tikus masuk; penutupan retakan di dinding atau tempat lain. Dengan mencegah hama masuk ke dalam bangunan, maka kebutuhan treatment kimia dalam pengendalian hama dapat sangat dikurangi.

Sanitasi : Dalam banyak kasus, pencegahan dengan sanitasi mempunyai keuntunganrendahnya biaya operasi, dan pengaruh atau bahaya terhadap kesehatan pekerja dan lingkungan sangat rendah. Tetapi karena bersifat pencegahan, maka pengendalian dengan sanitasi harus direncanakan dengan baik dan rutin.

Modifikasi lingkungan : menyangkut antara lain menghilangkan sumber makanan dan air, meningkatkan kondisi suhu dan kelembaban.


  • Pengendalian (Controls)

Idealnya tindakan pengendalian hanya dilakukan jika tindakan pencegahan yang telah dilalukan tidak memecahkan masalah. Dalam prakteknya, sering juga tindakan pengendalian dilakukan tanpa sempat melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pengendalian hama yang dilakukan terdiri atas 4 Sistem :

  • Sistem Fisik

Sistem fisik dapat dilakukan dengan pemasangan pembatas (barier), jebakan lem untuk tikus dan serangga, dan berbagai jebakan berumpan. Penggunaan suhu ekstrim untuk membunuh hama juga merupakan pengendalian secara fisik.


Jebakan berumpan : umumnya berisi makanan yang menarik hama untuk terjebak. Contoh yang paling umum adalah jebakan tikus, dan jebakan lem untuk serangga dan tikus yang diberi umpan berupa makanan.


Temperatur Ekstrim : serangga dapat menjadi stress dan mulai mengalami kematian jika suhu dinaikkan sampai di atas 40 oC.

  • Sistem Mekanis

Sistem mekanis menggunakan peralatan untuk mengendalikan hama. Termasuk di dalamnya adalah vakum, jebakan lampu ultra violet.


Vakum : menggunakan vakum untuk menyedot hama, misalnya untuk semut dan kecoa.

Jebakan Lampu Ultraviolet : jebakan lampu ultraviolet ini berisi satu atau dua lampu UV yang dikelilingi oleh kawat-kawat yang bermuatan listrik. Serangga apapun yang terbang ke arah lampu UV akan terkena sengatan listrik dari kawat yang mengelilinginya. Biasanya digunakan dalam ruangan (indoor) untuk mengendalikan nyamuk dan serangga lain di kantor, gudang dan lain-lain. Alat ini tidak efektif untuk mengendalikan serangga di luar gedung. Salah satu kelemahan alat ini adalah serangga yang terkena aliran listrik akan “meledak” , dan ada kemungkinan ada bagian tubuh serangga yang jatuh di luar alat ini, sehingga dapat dapat mencemari jika dipasang di atas ruang mengolahan pangan. Untuk mengatsi masalah ini dikembangkan jebakan ultraviolet dengan sistem lem atau sticky traps, bukan dengan aliran listrik.

  • Sistem Biologis

Sistem biologis menggunakan musuh alami hama untuk mengendalikan hama. Musuh alami hama dilepas di lingkungan tempat hama berada. Biasanya dilepaskan berkali-kali sampai tingkat pengendalian yang dikehendaki telah tercapai, misalnya jika musuh alaminya berupa patogen. Misalnya Bio-Path Cockroach Control Chamber merupakan sejenis jamur yang dapat menginfeksi kecoa melalui makanannya. Kecoa yang terinfeksi akan menyebarkan jamur tersebut ke kecoa lainnya.

  • Sistem Kimia

Sistem kimia dimaksudkan sebagai penggunaan senyawa beracun atau pestisida untuk membunuh atau mengusir hama. Keuntungan penggunaan pengendalian dengan cara kimia antara lain : dapat diterapkan pada sebagian besar hama; bersifat pembasmian atau kuratif; dan perusahaan dapat menggunakannya kapan dan ditempat yang diinginkan.




5. EVALUSI

Baik koordinator IPM atau manajer pest control dan staf yang membantunya harus menyadari bahwa masalah hama dapat berubah. Hama dapat masuk ke dalam pabrik dengan berbagai cara, misalnya dari bahan baku, lingkungan sekitar, pallet, kayu, karton dan lain-lain. Karena itu program IPM harus dievaluasi secara periodik. Informasi dari laporan kehadiran hama, inspeksi visual, jebakan dan cara monitor yang lain digunakan sebagai sumber data untuk evaluasi program IPM.

Hasil evaluasi tersebut harus menunjukkan apakah serangan hama berkurang atau justru meningkat, pengaruh perubahan lingkungan (banjir, panen, penumpukan sampah) sekitar pabrik terhadap kemungkinan adanya serangan hama baru, apakah perlu ada tindakan perbaikan dalam penanganan hama yang perlu dilakukan dan lain-lain.
















Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page